
Pacar Selingan
Oleh:
Guritno
“Klitik klitik sruput ehhhhhhhh….. mantap
jiwa” kuseduh dan kuresap kopiku malam ini, di depan teras rumah dengan roti
kong guan sebagai cemilan dan diteamani lemon sahabat gila ku sedari dulu.
Kutarik nafasku panjang - panjang dan ku helakan perlahan, kurasa malam ini
begitu sepi sunyi syahdu damai di hati.
“Tiap
malam begini terus, udah kaya orang sukses aja kita boy” ucap lemon membuyarkan
imajiku. “Sukses ndasmu !! udah kuota limit dompet tipis tanggal tua lagi,
miris mon mon, kamu enak tinggal kode dikit aja dompet udah kaya wafer tango
yang berlapis lapis”. Kata ku sambil memukul kepalanya. “Tenang boy, kalau
butuh apa-apa calling-calling aja”
ujarnya sambil ketawa lebar. “Yaudah hidupin hostpotmu cepat, aku mau instagraman”
sahutku sambil meringis. “Dasarr kamprettt!!!! Ujung- ujungnya minta hostpot juga” jawabnya sambil memukul
kepalaku.
“Ehh mon, menurutmu cewek ini
bagaimana mon ?” kataku sambil menunjukan foto dari Instagram. “Lohhh ini bukannya Juminten anaknya si Paimo tetangga
desa kita ya boy?” jawabnya sambil merebut hpku. “Jangan - jangan kamu pacaran
ya sama dia ? ngaku kau ?” kaget dan melotot ke arahku. “Menurutmu ?” sahutku
dengan senyum - senyum penuh arti. “Sejak kapan kamu pacaran sama dia hahh ?
baguss gak bilang - bilang kamu ya!! ” Di lemparnya roti kong goan ke arahku. “Emmm
sejak satu bulan yang lalu kalau gak salah. Buat apa aku bilang - bilang ke
kamu gak ada untungnya juga” sahutku sambil tertawa.
“Eeee
dasar si kambing satu ini emang minta di kulitin rupanya ya” dipukulnya
kepalaku lagi. “Wkwkwkwkw.. mana urus yang penting aku udah punya pacar, cantik
lagi” kupeleti mukanya. “Wooo eek kuda” ucapnya sembari menyeruput kopi.
Jam di hp menunjukan pukul 00.00
WIB. Tak terasa malam ini begitu cepat, mataku mulai sayup kopi pun mulai
surut. “Aku pulang dulu lah udah malam aku udah ngantuk juga” ucap lemon mengambil
kunci motor dan berjalan menuju motor ninja kesayangannya. “Yaudah sana minggat
kau, aku juga mau tidur mau ngimpikan Juminten”. jawabku sambil tertawa. “Dasar
anak cinta korban drama korea” katanya sembari pergi dengan motornya. Ku
langkahkan kaki ku menuju kamarku. Mataku sudah tidak kuat lagi, kurebahkan
tubuhku dikasur kapuk randu dan memulai petualangan di taman khayalku.
Ada secerca cahaya menyorot dari
jendela kamar yang menggangu tidurku. Ternyata hari sudah pagi kulihat hp dan
ada notif WhatsApp dari my honey baby sweetyku. Tanpa pikir panjang, langsung
ku buka dan ku baca. “Selamat pagi sayang, bangun sayang udah pagi lo, sana
mandi terus jangan lupa sarapan nanti mati lo” isi pesan WhatsApp Juminten yang bikin aku senyum-senyum sendiri ketika
membacanya. “Selamat pagi juga sayang, iya sayang ini aku udah bangun kok” balas
pesan WhatsApp ku kepada Juminten. “Kalau
begini terus bahagia lah aku ini” gumamku sendiri sambil senyum-senyum.
Hari demi hari telah ku lalui
seperti biasa dan hari ini adalah hari sabtu dan itu artinya nanti malam adalah
malam minggu. Aku sengaja tidak membalas pesan Juminten dari pagi ini karna
entar malam aku mau datang kerumah Juminten kekasih hatiku untuk menghilangkan
butiran-butiran rindu yang sudah banyak melekat pada benak ku, dan menjadi
malam minngu yang WOW pikirku. Jam sudah menunjukan pukul 17.00 WIB. Aku pun
mulai bergaya di cermin dengan rambut klimis dan berkumis tipis andalanku.
Kupakai helm bogo dan bergegas pergi dengan motor scopy kesayanganku. “Jegleekkkkkkk” suara standar terdengar saat
ku parkikan motorku di depan toko bunga langgananku. “Pak seperti biasa, bunga
untuk orang lagi kasmaran” kataku sambil senyum-senyum mengedipkan satu mata ke
arahnya. “Wiss ganteng sekali kau hari ini mas, udah kaya Aliando aja” ucap
penjual bunga sembari tertawa. “Biasa atuh pak malam mingguan kayak gak pernah
muda aja bapak ini mah” jawab ku sambil tertawa. “Nih mas, semoga lancar malam
mingguannya” sembari menjulurkan bunga ke arahku. “Amin. Makasih pak” ucapku
sambil membayar bunga lalu pergi dengan motorku. Diperjalanan aku selalu
terbayang senyuman manisnya, begitu indah bak bukit bunga yang tak pernah bosan
aku tuk memandangnya. Sampai di depan pagar rumahnya aku melihat ada mobil
terparkir di halaman rumahnya. “Mobil
siapa itu perasaan dia gak ada mobil “dalam hatiku bertanya-tanya”. “Jegleekkkk”
ku standarkan motorku di samping pagar lalu aku berjalan perlahan menuju pintu
rumahnya. Baru sampai di depan pagar aku melihat seorang cowok keluar dari
rumahnya dengan Juminten di sampingnya. Aku bergegas mundur dan sembunyi di
sisi pagar. “Cowok itu siapa ? kok akrab banget, gandengan tangan segala? loh
dia mau kemana sama Juminten kok naik mobil?” dalam hatiku bertanya-tanya. Karena
penasaran aku ikuti mobil mereka, ternyata mobilnya berhenti di sebuah cafe yang suasananya romantis. Seketika
hatiku hancur melihat Juminten keluar dari mobil menuju cafe dengan di gandeng tangannya oleh cowok itu. Malam minggu yang
seharusnya jingga tapi kini malah berubah menjadi abu-abu tanpa rasa. Ku
kendarai motorku dengan hati tersedu, ku gaspol motorku sebagai pelampiasan
malam kelabu. Sampai di rumah ku buang bunga yang ku beli tadi. Karena aku tau
seikat bunga tidak berarti ketika sebuah mobil telah mengutarakan hati. Ku
rebahakan badanku di kasur dan merenungi apa yang telah terjadi malam ini.
“Kenapa aku ini, kok kayak gini ?? cewekkan bukan dia saja masih banyak kok cewek
yang mau sama aku, gak ada gunanya ku bersedih kayak gini nih” gumamku dalam
hati. Kuambil Hp ku dan kukuatkan hatiku untuk chat Juminten “Besok ketemu di
tempat biasa jam 4 sore, aku tunggu” isi pesanku ke Juminten. Malam telah
berlalu tepat jam 15.30 aku suduh ada di tempat yang kita janjikan. Dari
kejauhan kulihat Juminten berjalan ke arahku. “Kenapa ? tumben kamu ngajak
ketemu aku ? pasti kangen ya ?” kata Juminten dengan senyum yang meluluhkan
hati. “Kali ini aku tidak akan tergoda lagi dengan senyum busukmu” kataku dalam
hati. “Enggak sebenarnya aku pengen ngomong sesuatu” kataku sambil menatap
matanya. “Ngomong aja sayang ngomong tinggal ngomong pun” jawabnya santai. “Aku
ingin kita udahan” kataku masih menatap matanya. “Kamu ngomong apaan sih yang ?
kamu tuh kenapa? kok tiba-tiba ngomong kayak gini ?” tanyanya kaget. “Aku tuh
udah tau semuanya sayang, kamu ada yang lain” ucapku sambil memalingkan muka.
“Yang
lain apa coba ?” tanyanya dengan gelisah. “Kamu gak usah pura-pura gak tau ya
yang. Cowok yang semalem siapa hah?” tanyaku sampai berkaca – kaca. “Ehhhh itu
cuma temen lo yang” jawabnya kaget. “Kayak gitu temen, sampai gandengan tangan
kamu sebut temen. Dinner berdua temen
yang ??” kataku sambil menatap matanya.
“Kamu
kenapa sih yang gak percayaan banget sama aku ?” tanyanya memelas. “Sudahlah
yang.. mungkin sampai disini hubungan kita” ucapku sambil memalingkan wajahku.
“Tapi aku gak mau kita udahan yang” katanya
memelas. “Sudahlah aku tuh gak pantes buatmu, aku hanya pengendara scopy tak sebanding dia yang punya mercy. Makasih sudah pernah menjadi
setitik kebahagiaan dalam hidupku. Semoga kamu bahagia dengan dia yang punya
segalanya” kataku sambil berjalan meninggalkan Juminten sendirian.
0 komentar:
Post a Comment