Wednesday, October 26, 2016

Pengalaman Tak Terduga Bersama Lembaga Pers Mahasiswa (bagian-1)


Tiga tahun lalu saya datang ke kampus dengan ekspektasi bisa meraih skill dibidang teknik elektro, lulus lalu mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang saya punya. Sederhana, begitulah adanya. Kuliah dengan benar kemudian lulus lalu dapat pekerjaan. Jangan sampai terganggu dengan rutinitas lain. Pokoknya fokus kuliah saja. Titik. Begitu saya tanamkan pada diri saya dulu.

            Namun seiring dengan berjalannya rutinitas kuliah, ditambah tugas yang bertumpuk dengan deadline yang seringkali singkat, saya merasakan perbedaan yang kental antara kuliah dan masa SMA. Sebagai mahasiswa, kita tidak hanya harus pandai dibidang yang kita pilih. Kita juga dituntut ide, pemikiran dan kontribusi terhadap orang banyak. Salah satu media penyalurannya adalah melalui organisasi mahasiswa. Saya membaca banyak tulisan tentang pergerakan mahasiswa dimasa kemerdekaan hingga reformasi. Kemudian saya juga membaca artikel tentang aktivitas kreatif mahasiswa di luar bidang kuliahnya yang sangat positif seperti diskusi, seminar hingga bakti sosial. Saya sadar dan merasa harus ikut terlibat dalam siklus itu. Dan akhirnya saya memutuskan untuk masuk organisasi mahasiswa!
            Awalnya saya bingung mesti bergabung organisasi apa. Ada banyak organisasi mahasiswa (ormawa) di Poltek yang semuanya bagus. Ada yang dibidang seni, tapi saya tak punya bakat dibidang seni. Ada ormawa yang menggeluti bahasa Inggris, tapi bahasa Inggris saya amburadul hingga akhirnya malu untuk mendaftar. Ada yang dibidang kewirausahaan, saya sempat masuk, namun mundur karena malas-malasan.
            Kemudian, salah seorang teman mengajak saya bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Awalnya saya menolak, karena dalam bayangan saya LPM itu adalah sekelompok mahasiswa yang hobi mengejar berita sana-sini, wawancara sana-sini dan dikejar deadline sebagaimana wartawan pada umumnya. Hal itulah yang membuat saya malas, karena saya jenis orang yang suka bekerja di belakang meja, sedangkan jika bergabung di LPM justru saya harus turun ke lapangan. Namun setelah diiming-imingi kalau LPM itu bisa mengasah kemampuan menulis dan kebetulan saya hobi menulis, saya akhirnya bergabung di Lembaga Pers Mahasiswa. Nama lembaga pers mahasiswa tersebut adalah LPM Paradigma, yang menurut pengetahuan saya adalah LPM paling eksis di Kepri.
            Organisasi umumnya punya struktur yang terdiri dari bagian-bagian atau divisi. Di LPM Paradigma juga begitu, ada banyak divisi. Ada liputan, SDM hingga divisi yang khusus untuk mendesain bulletin dan majalah. Saya memilih divisi media online saat itu. Alasannya sederhana, media online itu bagian yang mengelola akun media sosial LPM Paradigma. Atau bisa dibilang adminnya dan saya merasa cocok dengan divisi tersebut karena bisa bekerja di belakang meja.(Arif)

0 komentar:

Post a Comment