Sunday, October 2, 2016

Antara Modernisasi Informasi dan Pembodohan Terselubung

LPM Paradigma, Batam - Di era globalisasi ini, arus informasi mengalir begitu deras dan bebas dari segala penjuru mata angin khususnya melalui teknologi informasi dan komunikasi yang sudah semakin canggih. Setiap orang dapat mengaksesnya dengan cepat dan mudah tanpa perlu takut ketinggalan informasi yang up-to-date. Setiap pagi setelah bangun tidur, kita menyetel televisi untuk menonton berita pagi, menelepon sanak keluarga atau sahabat karib untuk menanyakan kabar mereka atau mungkin eksis di sosial media untuk mengeksiskan diri. Semua itu menyebabkan kita mendapatkan banyak informasi yang jika tidak kita sikapi dengan benar maka dapat membahayakan.

Karena prinsip keterbukaan dan kebebasan menjadi jargon dalam era globalisasi ini, maka siapapun dapat menyediakan informasi. Informasi ini dapat disebarkan dengan media apapun mulai dari selebaran-selebaran hingga teknologi dalam jaringan (daring). Hanya dalam sekejap, maka informasi ini telah sampai kepada banyak orang dan berbagai wilayah. Jika di Brazil sedang mengadakan olimpiade, maka Indonesia dapat menyaksikannya pada saat itu juga walau terpisah jarak ribuan kilometer.

Kemudahan ini selain membawa implikasi yang positif seperti yang sudah kita ketahui manfaatnya juga membawa implikasi negatif yang terkadang tidak disadari oleh penggunanya. Ketika seseorang membaca atau mendengarnya mereka merasa biasa saja dan itu adalah hal yang normal. Alasannya karena kebanyakan orang tidak akan menyelidiki dari mana informasi itu berasal. Alasan lainnya karena kurangnya wawasan dan kemampuan mengendalikan emosi sehingga mudah dipengaruhi.

Informasi hoax adalah salah satu informasi yang banyak bertebaran khususnya di dunia maya. Hoax sendiri digunakan untuk menyebut informasi palsu, tidak benar dan menyesatkan. Pertama kali dipopulerkan oleh netter Amerika yang berasal dari sebuah film yang berjudul “The Hoax”. Film ini banyak mengubah bahkan menghilangkan kejadian yang diuraikan dalam bukunya.

Hoax ini disebarkan dengan banyak tujuan seperti komersial, black market, dan mengubah persepsi publik. Hoax seperti ini dapat kita jumpai pada kebanyakan blog, media sosial bahkan  berita online. Mirisnya, hoax ini juga disebarkan untuk tujuan-tujuan baik dan mulia seperti motivasi, testimoni dan dakwah agama. Walaupun tujuannya baik, tetapi menyembunyikan fakta tetaplah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan.

Lain pula dengan informasi-informasi yang bersifat provokasi. Informasi ini bertujuan untuk menguntungkan dirinya pribadi dan merugikan pihak lain. Kebanyakan informasi ini mengandung permasalahan suku, agama, ras dan golongan yang kerap kali menjadi akar terjadinya perselisihan. Hasutan untuk menghancurkan pihak lain menyebar begitu mudah lebih mudah daripada imbauan untuk menggunakan BBM non-subsidi bagi mereka yang mampu.

Semua akar permasalahan itu hanya satu, malas untuk kroscek, kroscek dan kroscek lagi sumber informasinya. Banyak orang setelah melihat judul yang didesain dengan begitu menarik orang langsung percaya tanpa mengecek isi dan sumbernya. Contoh, mahasiswa ketika mengerjakan tugas hariannya, mereka searching di Google, copy-paste dan selesai tugas dikumpulkan. Atau ketika mereka membacanya tetapi mereka percaya begitu saja walaupun situs tidak mencantumkan sumber terpercaya. Akibat dari malas kroscek ini, tersesatlah pikiran mereka dan ini disebut dengan pembodohan yang diselubungi ilmu.

Begitu juga menyikapi informasi-informasi yang bernada provokatif sudah seharusnya pembaca membaca dengan kepala dingin. Cari lagi kebenaran informasi tersebut, selidiki dan hubungi pihak-pihak yang berkaitan. Konfirmasi ulang hingga informasi itu benar-benar satu penjelasan dan tidak bercabang. Jangan tertipu oleh judul yang bombastis namun informasi yang diberikan tidak bermutu. Jika menjumpai informasi seperti ini abaikan saja, tidak perlu ditanggapi dan lebih baik laporkan kepada pihak berwajib.


Jadilah pembaca yang bijaksana dan berwawasan tinggi dengan melihat berbagai perspektif. Membaca itu sangat mudah namun bagaimana menyikapi dengan benar itulah yang sangat sulit. Merasa tahu adalah perbuatan yang arogan apabila tidak mau menyelidiki kebenaran dan memahami maksud informasi. Ingatlah, pembodohan bisa saja terjadi pada Anda ketika Anda mencari ilmu tetapi tidak cermat menerimanya.(bim) 

0 komentar:

Post a Comment