Wednesday, June 1, 2016

Mahasiswa “Belalang Kupu-Kupu”

Ilustrasi individu dalam organisasi
Perkuliahan itu identik dengan menuntut ilmu serta mengikuti organisasi, baik itu yang di dalam  maupun yang di luar kampus. Kedua hal ini harus sejalan dan tak boleh berat sebelah. Kuliah tanpa mengukuti organisasi sama halnya seperti makan kerupuk, tetapi hanya makan anginnya saja. Begitu juga halnya jika hanya fokus dengan organisisasi, ibarat sebuah pohon yang tak berdaun.
Dalam hal ini mahasiswa hanya mampu bersosialisasi tanpa memiliki dasar pendidikan yang kuat. Lantas apa tujuan mengikuti organisasi? Itu merupakan pertanyaan umum yang sering di tanyakan pada saat seorang mahasiswa melakukan wawancara untuk bergabung dalam sebuah organisasi kampus dan beragam jawabanpun muncul dari mahasiswa yang ditanyai hal tersebut. Dengan jawaban-jawaban “jitu” mareka berhasil meyakinkan sang penanya.
Oke, kembali ke judul awal, apa sih arti mahasiswa “belalang kupu-kupu itu?” ini bukan belalang kupu-kupu yang sering dinyanyikan di waktu kecil ya. Jika selama ini di kampus ada istilah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang), ini untuk mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Dan kura-kura (kuliah-rapat), mahasiswa kura-kura ini aktif berorganisasi di kampus maupun di luar kampus, bahkan terkadang karena padatnya jadwal sampai harus menginap di kampus.
Mahasiswa belalang kupu-kupu ini dapat diibaratkan dengan mahasiswa yang mengikuti lebih dari satu organisasi, memang apa masalahnya mahasiswa mengikuti lebih dari satu organisasi? Toh mahasiswa itu juga yang bakalan menjalankannya dan mahasiswa tersebut merasa mampu. Well, itu memang bukan masalah selagi mahasiswa itu masih bisa membagi waktu terhadap organisasi yang diikutinya tersebut, dan jabatannya di dalam suatu organisasi tersebut hanya sebagai anggota biasa, bukan bagian intinya.
Lalu bagaimana jika mahasiswa yang diamanatkan untuk menjadi  petinggi atau inti dari satu organisasi mengikuti lebih dari satu organisasi? Tapi sebelum lebih jauh membahas hal tersebut, kembali lagi dasarnya. Sebelumnya telah penulis katakan, sebagian besar mahasiswa memiliki jawaban “jitu” pada saat wawancara memasuki ormawa (organisasi kemahasiswaan), tetapi apakah itu berasal dari hati nurani atau hanya sekadar ingin keren-kerenan saja dan menjadi populer dengan masuk ke ormawa tersebut? Atau hanya untuk mendapatkan sertifikat ormawa saja? Jawabannya hanya ada pada diri anda yang mengikuti ormawa, tanyakanlah pada diri anda.  
Oke, penulis tidak akan lebih jauh membahas alasan mahasiswa satu persatu.  Lanjut kembali ke pertanyaan penulis mengenai petinggi ormawa yang mengikuti lebih dari satu organisasi, salah satu contohnya misalnya kepala divisi ormawa A mendaftar ke dalam ormawa B yang lebih bergengsi. Untuk apa coba? Bukannya jika hal itu terjadi pelaksanaan tugas dan kewajiban yang di pegang oleh sang petinggi ormawa tidak akan berjalan sempurna dan hanya setengah-setengah? Bukankah salah satu tujuan berorganisasi untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat? Jadi untuk apa lagi mengikuti lebih dari satu organisasi?

Penulis sangat berharap dengan tulisan ini dapat menggugah kesadaran mahasiswa kalau berorganisasi bukan untuk keren-kerenan, tapi untuk berkarya dan mengabdi kepada. Lebih dari itu, penulis juga berharap pembaca dapat terbuka hatinya dan kesadarannya betapa pentingnya mengikuti organisasi tanpa mengesampingkan pendidikan formal, karena pendidikan itu penting dan akan sempurna jika dibarengi dengan organisasi. Maju terus Ormawa Politeknik Negeri Batam demi tujuan-tujuan yang mulia. Salam Pers Mahasiswa! (RW)

Sumber gambar : https://akar16.wordpress.com/category/ilmu-komunikasi/komunikasi-organisasi/

0 komentar:

Post a Comment