Talk less listen more. Jargon ini mungkin kurang popular
dibandingkan dengan rekannya, Talk less
do more, yang mempunyai arti “sedikit bicara banyak bekerja”. Ungkapan yang
pertama mempunyai arti “sedikit bicara banyak mendengar”, kenapa mendengar? Apa
yang bisa dihasilkan, dari orang yang hanya mendengar? Bukankah itu suatu
bentuk kepasifan seseorang terhadap sesuatu? Nah paradigma yang seperti inilah
yang biasanya terlintas di kepala orang-orang,
ketika mendengar istilah tersebut, yang akan saya jelaskan di paragraf-paragraf
berikutnya.
Mendengar,
secara kasarnya adalah suatu kegiatan menerima informasi, yang biasanya
bersifat verbal (kata-kata) dan suara. Uniknya dari mendengar adalah, panca
indra yang digunakan untuk melakukan kegiatan ini, iya kamu benar, telinga,
adalah panca indra yang pertama kali berfungsi saat kita mulai muncul ke dunia
ini. Penelitian membuktikan bahwa janin yang masih berada di dalam kandungan
ibu, sudah bisa mendengar bahkan mulai memahami suara-suara yang berasal dari
dunia luar. Dari struktur anatomi manusia saja, manusia diberikan sang Pencipta
sepasang telinga, dan satu buah mulut. Ini menunjukan bahwa ada sesuatu dalam
kegiatan mendengar ini, yang memiliki nilai lebih dibandingkan berbicara.
Berbicara
memang penting, karena dengan berbicara kita dapat menyampaikan buah pikiran
kita kepada orang lain, dan mereka memahami apa yang kita pikirkan. Namun, jika
tidak ada yang mendengarkan, bicara hanyalah sesuatu yang sia-sia. Kamu bisa
berteriak sekeras apapun yang kamu mau, namun jika orang tersebut tidak mau
mendengarnya, apa yang kamu utarakan tidak akan dipahaminya. Dari sini kita
bisa menarik kesimpulan, jika kita ingin memahami suatu informasi verbal,
mendengar secara seksama adalah suatu keharusan agar kita dapat menangkap
maksud si pembicara.
Jika
semua orang ingin berbicara, dan tidak ada yang mau mendengarkan, maka yang
terjadi hanyalah perdebatan. Semua mengungkapkan pikiran masing-masing dan
tidak mau mendengar pendapat orang lain. Mendengarkan menjadi penting karena
menjadi suatu bentuk penghargaan untuk orang yang berbicara, dan juga menjadi
suatu keharusan agar informasi yang diberikan tercerna dengan baik. Esensi dari
jumlah telinga dan mulut berarti adalah Tuhan ingin kita banyak mendengar
informasi dan mencernanya, kemudian menyampaikan buah pikiran kita yang sesuai
dengan informasi yang kita terima, kita mendengar yang baik-baik, dan kita
menyampaikan sesuatu yang lebih baik. Sesuatu yang ber-input bagus, maka
outputnya bagus pula.
Lalu
apa yang bisa dihasilkan dari hanya mendengar tanpa bertindak? Semua itu
kembali kepada diri masing-masing. Mendengar hanyalah memproses informasi yang
kita terima secara baik, tanpa gangguan, yang kemudian dicerna dan dipikirkan
secara matang. Tindakan yang dilakukan setelah kita memahami informasi
tersebutlah yang membedakan antara si-aktif dan si-pasif. Orang pasif hanya
mendengarkan, tanpa berbuat apa-apa. Orang aktif mendengarkan, memahami, dan
melakukan sesuatu dengan informasi yang telah diterima. Semoga kita sebagai
mahasiswa diberi kebijaksanaan agar selalu mendengar dan menelaah setiap
informasi yang kita terima, sebelum kita melakukan tindakan, sehingga semua
perilaku kita menjadi matang dan member manfaat untuk orang banyak.
0 komentar:
Post a Comment