Monday, March 16, 2015

Talk Less, Listen More


            Talk less listen more. Jargon ini mungkin kurang popular dibandingkan dengan rekannya, Talk less do more, yang mempunyai arti “sedikit bicara banyak bekerja”. Ungkapan yang pertama mempunyai arti “sedikit bicara banyak mendengar”, kenapa mendengar? Apa yang bisa dihasilkan, dari orang yang hanya mendengar? Bukankah itu suatu bentuk kepasifan seseorang terhadap sesuatu? Nah paradigma yang seperti inilah yang  biasanya terlintas di kepala orang-orang, ketika mendengar istilah tersebut, yang akan saya jelaskan di paragraf-paragraf berikutnya.
            Mendengar, secara kasarnya adalah suatu kegiatan menerima informasi, yang biasanya bersifat verbal (kata-kata) dan suara. Uniknya dari mendengar adalah, panca indra yang digunakan untuk melakukan kegiatan ini, iya kamu benar, telinga, adalah panca indra yang pertama kali berfungsi saat kita mulai muncul ke dunia ini. Penelitian membuktikan bahwa janin yang masih berada di dalam kandungan ibu, sudah bisa mendengar bahkan mulai memahami suara-suara yang berasal dari dunia luar. Dari struktur anatomi manusia saja, manusia diberikan sang Pencipta sepasang telinga, dan satu buah mulut. Ini menunjukan bahwa ada sesuatu dalam kegiatan mendengar ini, yang memiliki nilai lebih dibandingkan berbicara.
            Berbicara memang penting, karena dengan berbicara kita dapat menyampaikan buah pikiran kita kepada orang lain, dan mereka memahami apa yang kita pikirkan. Namun, jika tidak ada yang mendengarkan, bicara hanyalah sesuatu yang sia-sia. Kamu bisa berteriak sekeras apapun yang kamu mau, namun jika orang tersebut tidak mau mendengarnya, apa yang kamu utarakan tidak akan dipahaminya. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan, jika kita ingin memahami suatu informasi verbal, mendengar secara seksama adalah suatu keharusan agar kita dapat menangkap maksud si pembicara.
            Jika semua orang ingin berbicara, dan tidak ada yang mau mendengarkan, maka yang terjadi hanyalah perdebatan. Semua mengungkapkan pikiran masing-masing dan tidak mau mendengar pendapat orang lain. Mendengarkan menjadi penting karena menjadi suatu bentuk penghargaan untuk orang yang berbicara, dan juga menjadi suatu keharusan agar informasi yang diberikan tercerna dengan baik. Esensi dari jumlah telinga dan mulut berarti adalah Tuhan ingin kita banyak mendengar informasi dan mencernanya, kemudian menyampaikan buah pikiran kita yang sesuai dengan informasi yang kita terima, kita mendengar yang baik-baik, dan kita menyampaikan sesuatu yang lebih baik. Sesuatu yang ber-input bagus, maka outputnya bagus pula.
            Lalu apa yang bisa dihasilkan dari hanya mendengar tanpa bertindak? Semua itu kembali kepada diri masing-masing. Mendengar hanyalah memproses informasi yang kita terima secara baik, tanpa gangguan, yang kemudian dicerna dan dipikirkan secara matang. Tindakan yang dilakukan setelah kita memahami informasi tersebutlah yang membedakan antara si-aktif dan si-pasif. Orang pasif hanya mendengarkan, tanpa berbuat apa-apa. Orang aktif mendengarkan, memahami, dan melakukan sesuatu dengan informasi yang telah diterima. Semoga kita sebagai mahasiswa diberi kebijaksanaan agar selalu mendengar dan menelaah setiap informasi yang kita terima, sebelum kita melakukan tindakan, sehingga semua perilaku kita menjadi matang dan member manfaat untuk orang banyak.





0 komentar:

Post a Comment