Libur
Pagi buta aku telah di bangunkan oleh bisingnya
suara papan lantai rumah , ternyata itu bunyi suara ibuku yang sibuk
mempersiapkan bekal kami untuk pergi ke laut.Aku rebahkan selimut dan
aku coba untuk bangun dari kenyamananku,. Aku lihat sesosok malaikat
telah mempersiapkan makanan untuk bekal ku ke laut mencari ikan. Dengan
cuaca yang sedikit cerah, aku dan ayahku pergi ke laut dengan sebuah
perahu kecil yang sudah tidak layak untuk di gunakan lagi, istilah
gaulnya "kadaluarsa". Kami pun pergi dengan harapan semoga Tuhan memberi
rezeki lebih kepada kami.
Sekirat
pukul 3 sore, aku dan ayahku merentangkan jaring yang terakhir. Tak
disangka ternyata cuaca mulai memburuk, terangnya laut kini berubah
menjadi gelap akibat awan hitam, tenangnya ombak kini menjadi semakin
ganas akibat deruan angin yang sangat kuat, biasanya kami menyebut
situasi itu dengan sebutan "Angin ribut". Akhirnya angin ribut pun
datang ditengan laut, aku dan ayahku terkena hujan yang begitu kuat,
membuat pandangan kami kabur, sehingga tak nampak pulau-pulau kecil.
Angin yang kuat kini menusuk di kulitku, dingin sekali rasanya. Ditambah
lagi ombak yang amat dahsyat yang membuat perahu kami
terpontang-panting. Cuaca yang tidak mendukung.Tidak ada jalan lain,
kami harus segera keluar dari angin ribut tersebut. dengan pengalaman
melaut, ayahku tau apa yang harus kami lakukan jika cuaca sudah begitu.
Setelah kurang lebih satu jam digumpalan ribut, hujan deras dan ombak
yang mengamuk. Akhirnya nampak pulau kecil, kami pun menuju kearah situ.
Setelah peristiwa itu aku sadar, beginilah keseharian ayahku demi
menghidupi kami sekeluarga .
0 komentar:
Post a Comment