“BELUM ADA JUDUL”
Suara
adzan berkumandang menambah keindahan senja di sore itu. Aku memutuskan untuk
menunaikan ibadah sholat ashar terlebih dahulu sebelum memulai pertandingan
lari estafet. Setelah itu aku bersama tim ku yang terdiri dari Lima orang
melakukan pemanasan terlebih dahulu dengan berlari-lari keliling lingkungan
kampus. Saat itu aku sangat merasa gugup karena aku tau semua teman-temanku
telah menaruh harapan besar kepada tim ku untuk bisa mendapatkan juara kali
ini. Aku akan merasa sangat bersalah jika tim ku sampai kalah. Oleh karena itu
aku harus menunjukan hasil berlatih kami selama seminggu ini. Aku harus
mengerahkan seluruh tenaga ku sampai titik darah penghabisan untuk berlari
secepat angin mengalahkan tim-tim lawan.
Jam
ditanganku sudah menunjukan pukul 16.00, pertanda pertandingan lari estafet
untuk putri akan segera dimulai. Kali ini rute yang akan di lalui adalah
mengelilingi kampus. Aku segera merapikan jilbab, baju dan tali sepatu yang ada
di kakiku, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang berakibat fatal
kepada tim kami. Setiap perlombaan terdiri dari 4 tim yang berbeda. Aku dan
keempat temanku sudah berkumpul menyusun strategi dan membagi posisi untuk
setiap pos dari pos pertama hingga pos kelima dan aku mendapat pos yang ketiga.
Sebelum kami mulai kami mempersiap terlebih dahulu dengan berdoa bersama.
Aku
menuju pos tiga bersama ketiga lawan ku dari tim yang berbeda yyang sama-sama
berada di pos tiga, tak lama kemudian tiga orang datang mengahmpiri pasangannya
masing-masing , aku memperhatikan satu per satu, apakah dari mereka ada salah
satu dari tim ku. Ternyata benar, tim ku tidak ada. Lantas kemana mereka ? aku
bertanya kepada tim lawan yang baru saja dari pos 2,. Namun tidak ada jawaban
jelas karena panitia di pos tiga itu juga bingung. Akhirnya aku tetap menunggu
dengan kecemasan. Meskipun ia datang aku tau kami sudah tertinggal sangat jauh
, namun setidaknya Aku harus tetap ingin berlari memperjuangkan tim ku agar
kami tidak kalah dengan sia-sia. Terlewat lima menit Namun yang kutunggu-tunggu
juga tak kunjung datang. Akhirnya salah satu panitia menyusulku dan menjelaskan
bahwa tim ku sudah di diskualifikasi karena terjatuh pada saat awal lari di
langakah ketiga dari garis Start.
Jujur
saja, mendengar hal itu langit serasa mau gelap dan mau runtuh. Aku sangat
kecewa mendalam di dalam hatiku. Aku ibenar-benar ingin marah, nammun aku tidak
tahu harus marah dengan siapa , karena aku tau semua ini bukan salah dia. Ini
hanya sebuah kecelakaan biasa dan bukan di sengaja. Akhirnya aku berjalan
kembali k epos pertama denga hati yang kalud.
0 komentar:
Post a Comment