Monday, October 13, 2014

Aku, Mawar dan Sepotong Martabak

Aku, Mawar dan Sepotong Martabak


Aku memiliki seorang sahabat, ia bernama Mawar.  Menurutku mawar adalah seorang yang periang dan senang menghibur orang di sekitarnya, termasuk aku. Mawar adalah orang sumatera barat dan aku orang jawa, namun kami sangat kompak sekali , menurut kami perbedaan itu indah.

Aku dan mawar bertemu saat aku duduk di bangku SMP kami selalu bersama-sama , bercanda riang, membolos, di hokum bersama, naik angkot tidak bayar, patah hati, berbagi cerita, berpetualang dan masih banyak hal lain yang kami lakukan bersama mawar.

Ibu mawar sudah lama meninggal dunia saat mawar masih duduk di kelas 3 SD. ayah mawar adalah pedagang martabak keliling Meskipun hanya berjualan kaki lima namun ku akui Martabak buatan aayah mawar adalah martabak terenak yang pernah lidahku rasakandan tidak ada yang bisa menandinginya. Mawar kerap kali membawa martabaknya ke sekolah untuk ku , dan setiap pulang sekolah aku selalu menyempatkan untuk bermain di rumah mawar meskipun arah rumah kami berlawanan, selain untuk mengisi kekosongan aku juga akan mendapatkan martabak secara Cuma-Cuma.

Namun keadaan berubah saat aku dan Mawar beranjak SMA, kami mendapat SMA yang berbeda. Enam bulan pertama kami masih kerap main seperti biasa meskipun tidak sesering dulu. Namun beberapa bulan kemudian aku kehilangan komunikasi dengan mawar. Aku sudah pernah dating ke rumahnya, namun rumahnya sangat kosong seperti tidak berpenghuni. Aku sempat berfikir, mungkinkah mawar sudah menemukan penggantiku. Namun aku menepis perasangka buruk itu, mungkin saja dia sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. Atau mungkin aku yang selama ini tidak peduli dengannya.

Suatu ketika aku mendapatkan informasi yang sangat mengejutkan hatiku tentang mawar. Mawar kerasukan makhluk halus saat di kamar mandi di sekolahnya dan dia sudah satu bulan tidak sadarkan diri . mendengar hal itu jantungku seperti berhenti bedegup. Bibirku tak dapat bergerak seperti membeku. Aku tidak sepenuhnya percaya dengan hal itu. Langsung saja ku keluarkan sepeda dari garasi dan aku melaju menuju rumah mawar yang seperti tak berpenghuni lagi. Di jalan aku terus mengayun dan berdoa berharap semoga apa yang ku dengar itu adalah berita burung semata. Sesampai di rumah mawar, keadaan masih tampak kosong. Ku lihat satu persatu keadaan sekitar. Ntah mengapa tatapan ku teruju pada pohon seri di depan halaman ruah mawar. Di pohon itu kami selalu menikmati martabak sambil bercanda gurau. Bayangan ku pun pudar ketika munculah Ayah mawar dengan wajah murung Dan mempersilahkan masuk ke dalam rumah mawar.  Keadaan rumah tidak seperti dahulu. Selama mawar sakit ayah mawar berhenti berdagang.   Rumah tampak seperti rumah kosong yang tak berpenghuni. Ku lihat di pojok ruangan mawar sedang tertawa sendirian, rambut panjangnya yang dulu indah sekarang menjadi tidak beraturan. Mengapa mawar bias tertawa sendirian tanpa ku ? padahal dulu kami selalu berbagi cerita dan tertawa bersama. Sesekali aku memanggilnya mencoba menyadarkannya bahwa ada aku saat itu, namun dia tetap tertawa . ku dengar sangat jelas dia memanggil namaku , ternyata dalam keadaan seperti ini dia masih mengingatku. Aku merangkulnya, airmataku tidak terbendungkan lagi.  Aku tahu, dia juga tidak mau dengan keadaan seperti ini. aku yakin dia mengetahui bahwa yang merangkulnya saat itu adalah sahabatnya yang selalu ada untuknya. Aku memutuskan untuk menyudahi pertemuanku itu.

Seminggu kemudian aku kembali menemui mawar,namun menurut keterangan tetangganya . mawar dan ayah nya pergi ke kampong halamannya yaitu di sumatera barat. 

Ku harap itu bukanlah pertemuan ku yang terahir dengan sahabatku mawar. Sampai jumpa di kemudian hari mawar . aku berjanji, suatu saat aku akan dating menemuimu. Meskipun aku tidak tahu jelas alamatmu di sumatera barat, akan ku cari alamat mu hingga kita bias bertemu kembali. Kamu juga harus berjanji, saat kita bertemu nanti, kamu harus dalam keadaan suda membaik, agar kita dapat berbagi cerita dan bercanda kembali seperti dulu dan kita bias merasakan martabak ayahmu kembali bersama-sama. Ingat a mawar, bagaimanapun keadaanmu kamu tetap sahabatku.

By : Hesti

Sumber Foto : faisalfatih.wordpress.com


0 komentar:

Post a Comment