Satu
jam kemudian, suasana kafe tetap sepi, walaupun lalu-lalang orang mengusik
ketenangan para koki yang sedang beristirahat. Makanan hangat itu sudah basi
dan semuanya sudah menjadi jemu, sampai kapan ia tetap betah dengan pekerjaannya
tanpa menoleh sedikit pun kearah ku? Apa
sekarang tidak ada waktu untuk berdua
“kemana
saja kamu , seminggu ini?” Tanya ku , membuka percakapan yang kaku
“kamar,”
Ketus
sih, tapi cukup untuk mengobati rasa rindu hati ini.
“kamu
sakit?” aku terus mencoba melontar pertanyaan yang ku anggap itu ‘perhatian’.
Sembari mengotak atik laptopnya, ia
menggeleng sedikit, aku tahu itu jawaban yang sangat berkesan. Huh
Membosankan
bukan?
Seperti
berbicara pada pendeta yang tuli.
Aku
masih sabar dengan situasi ini, sudah beberapa bulan terakhir bahkan, setelah
satu tahun hubungan ini berlangsung, apa dia mulai merasakan bosan juga?
Hahahha
Aku
hanya bisa menebaknya dalam hati, bibir ku tak mampu mengungkapkan
sebenarnya,
mungkin bisa diandaikan seperti gadis dalam sangkar, apa? Gadis dalam sangkar?
Kelihatannya telalu manis, atau bisa saja gadis jablay? Hahah, aku bukan tipe
butuh belaian.
Aku
hanya gadis yang selalu merindukannya.
Merindukannya
dalam diam ku,
Dalam
sakit ku
Dalam
air mata ku
Bahh..!
semuanya hanya kiasan kata, saat tahu hatinya telah ada yang lain, saat ku
periksa hape nya secara diam-diam, dia ada yang lain, dia ada gadis lain, aku
tambah kaku, tak mampu berkata, seperti meneguk beling halus.
Aku
diam seribu bahasa, hingga satu jam kemudian ia menoleh ku,
“kamu
kenapa?”
Aku
tetap diam, ia hanya bergumam pelan, lalu beralih pada laptopnya itu, aku
seperti setrika panas!
Satu
jam kemudian, aku makin mendidih, itu membuatnya gerah dan menoleh kearah ku
“kamu
jangan berfikir buruk, aku sayang kamu”
Ia
lalu diam, aku juga diam.
…
Satu
jam kemudian, aku memeluknya dan luruh dengan perasaan sayang yang berlebihan
terhadap pria cuek yang mengisi hati ku.
Penulis : Sri Azizah
0 komentar:
Post a Comment