Hari ini gua pengen ngedumel tentang pendapat orang
yang beranggapan bahwa dengan mempelajari budaya dan bahasa asing, sama sama
saja tidak mencintai budaya sendiri. Pernah gak gan kalian nemuin orang macam
itu? Nyatanya, dengan kita mempelajari dengan budaya dan bahasa asing kita akan
lebih menghargai budaya dan bahasa sendiri. Iya kan gan? Jadi kalo ada orang
yang bilang kaya gitu, enaknya diapain ya gan?? ##Bakarrrrr!!!! (sadis betul
gan maen bakar-bakar aja -__-). Padahal, di zaman yang super dubel dahsyat ini
siapa sih yang gak berinteraksi dengan orang luar? Secara yak kan sekarang
pesbk itu udah multifungsi, bukan Cuma untuk nyari mantan zaman sd, smp ato
mungkin zaman tk doang, tapi udah bisa
dijadikan wadah untuk berkomunikasi dengan orang bule. Nah loh kalo udah
komunikasi ama orang bule jadi mau pake bahasa apa? Bahasa tubuh? Aduuhh mama
sayangeeee (ala abdur) kita orang ngobrol pake chat-chatan, cemana pula tulisan
dipake buat bahasa tubuh #tepok jidat. Awal gua pake pesbuk sekitar tahun 80an
(ketahuan kalian belum lahir -,-), kerjaan gua Cuma nge-add orang-orang gak
jelas. Dan tanpa sengaja nyangkut orang bule dari Cambodia dan mulailah terjadi
percakapan aliaen (awal punya pesbuk gua belum ngerti bahasa alien masa bro).
“thank for adding me as your
friend”
Mata gua melotot tajam bah jarum suntik yang siap ditusukan ke sela-sela
kain sutra cina yang rapetnya bener-bener rapet dan halusnya bener-bener halus
(apa hubunganya?). tapi tenang agan-agan dan isis-isis, untung ada google-kun
yang siap sedia setiaap saat hahaha. Jadi semenjak itu, gua punya hobby baru
nge-chat orang-orang bule dari manca Negara. Mulai dari Cambodia, Thailand,
philipin, Malaysia, china, brazil, india, jepang, korea and USA. Tapi , karna
terlalu ketergantungan ke google-kun, akhirnya gue coba dikit-dikit belajar
beberapa bahasa seperti inggris (udah pastilah), jepang (pengen kali hanami dan
diguyur salju), korea (gara-gara pernah deket sama cewe korea lol), dan
francais (nah kalo ini gara-gara Novel Edensor! Andrea hirata mesti tanggung
jawab!). detik demi detik, detik demi detik, detik demi detik akhirnya belum
nyampe satu menit mata udah dibuat muter-muter sama mr.kanji (huruf jepang yang
kaya ceker ayam itu loh). Dan sukses buat malam itu tidur terlalu sore. Hari
berikutnya gue coba lagi belajar bahasa jepang, karena IQ gue diatas rata-rata,
gue mutusin gak pake cara kemaren yang bikin kaki di kepala kepala di kaki.
Setiap malam gue rutin melototin bahasa jepang dan akhirnya, boku ga sukoshi demikasu yo! Hehe pamer
dikit gan. Bahasa inggris gue juga mulai dahsyat. Pengen tahu? Ah jangan lah
takut ria. Bahasa korea? Nah ini dia gue Cuma bias hurufnya doing. Kalo bahasa
francais yaaahh udah pernah ngerti api sekarang lupa.
Semenjak gue pelajarin beberaapa bahasa gue sering gabung di grup-grup
yang mempelajari bahasa yang sedang gue pelajari. Suatu hari tanpa sengaja gue
nemu grup POLYGLOT INDONESIA. Dari deskripsinya sih grup ini menampung orang
yang mau mempelajari beberapa bahasa. Kawan-kawan Indonesia diluar sanaluar
biasa! Mereka mampu menguasai berbagai bahasa Negara lain. Semenjak itu saya
baru tahu kalau polyglot itu adalah orang yang bias berbicara lebih dari tiga
bahasa. Dan tahu kah kawan-kawan, ternyata saya memang termasuk salah satu warga
Negara Indonesia yang sangat berbakat LOL. #kapan coba muji diri sendiri.
- R>M>P sosrokerto (1877-1918), he was claimed that speak in 34 languages fluently (24 foreginer languages, 10 local languages)
- Agus salim, mentri luar negeri Indonesia menguasai 7 bahasa asing.
- Timothy doner telah mempelajari 23 bahasa asing.
- Alan Burhannudin student of polytechnic negeri batam have been learnt four foreigner languages and 23 local languages (sundanese and javanese) # am I include to polyglot? Absoulutly! :D lol
By : Alan
0 komentar:
Post a Comment