Pagi
ini sepertinya tak seperti pagi kelabu yang lalu. Rona merah jambu telah
menghiasi indah nya paras gadis berusia 35 tahun itu. Penantian nya dalam
menjelajahi lautan cinta, akhirnya berlabuh pada sebuah pulau yang begitu
mempesona. Pemuda yang tampan nan perkasa rekomendasi dari sang ulama, akhirnya
menyandarkan kapal perjalanannya di pulau itu. Tak mau lagi membuat ke dua
orang tua kecewa dengan kerewelan nya dalam memilih pasangan, ia langsung
melontarkan "Ya pak Kiayi, saya mau di khitbah oleh Mas Farhan meskipun
beliau hanya penjual kerupuk." Ujar nya kepada Sang Kiyai dari pesantren
di tempat ia mengajar. "Tapi apa kamu yakin dengan pilihan mu itu ndok. Farhan hanyalah orang biasa yang tidak
mempunyai title khusus seperti yang lainnya.
Dia hanya lulusan Madrasah atau
setingkat dengan SMA." Nasihat pak Kiayi. "Ekonomi, pangkat dan
kedudukan bukan lah kebutuhan Sarah saat ini. Sarah hanya menginginkan lelaki
yang dapat membimbing Sarah menggapai keridhaan-Nya. Lagi pula, sarah ndak mau
membuat bapak dan ibu nunggu terlalu lama. Sarah ingin mereka melihat Sarah
saat Sarah menjadi ratu sehari di tempat persandingan." Jawab sarah.
Mendengar ujaran Sarah seperti itu, Pak Kiayi hanya bisa mengikuti saja jika
itu sudah menjadi pilihan yang terbaik bagi mereka.
Tanpa
mau menunggu lama, Sarah beserta keluarganya mendatangi pesantren, di mana
merupakan tempat Farhan tinggal dan mengaplikasikan ilmunya.
Setelah
sampainya di pesantren, Sarah dan keluarga berbincang dengan Kiayi dan juga
Farhan. Farhan begitu terkejut. Tak menyangka, ternyata ada seorang bidadari
yang tertarik kepadanya. Meskipun ia telah memaparkan mengenai keadaan ekononi,
ilmu dan pangkat, serta status duda karena telah di tinggal ke surga oleh
istrinya. Sarah dan keluarga tak memperdulikan itu semua. Alhamdulillah, dengan
persetujuan dari semua nya. Pernikahan akan dilaksanakan seminggu lagi.
Berita
telah melebar, undangan telah tersebar, persiapan sudah kelar, hanya menunggu
esok pagi akad nikah yang akan digelar. Keindahan pelangi takkan mampu
menandingi senyuman Sarah yang begitu bahagia. Padanya, didunia ini hanya
terlihat bunga-bunga yang bermekaran. Yang begitu harum bin wangi untuk
dinikmati. Hanya gerakan bibirnya yang mengukir keindahan senyuman di wajahnya
dalam melukiskan kebahagiaan. Penyakit jantung sang bapak terasa tertunda
sementara melihat sang anak tersenyum dengan cerianya.
Jam
dinding menunjukkan pukul 23.40 WIB. Permainan indah bintang dan rembulan
seakan dihentikan oleh gumpalan awan hitam. Senyuman pelangi itu pun juga ikut
meredup, bahkan tak terlihat sama sekali. Rona warna indah itu memudar dengan
datang nya mobil petugas kepolisian. Membawa kabar yang lebih menghentak jiwa
di banding gempa bumi. Lebih mengguyur deras derita dari tsunami. Hati yang begitu
lebih meluap panas dari lahar gunung merapi. Farhan dikabarkan telah berpulang
ke rahmat-Nya karena kecelakaan adu kambing antara mobil yang ia kendarai
dengan mobil yang tak dikenal.
Shock
dan kaget. Seketika Sarah langsung jatuh pingsan. Para warga yang sedang
membantu mempersiapkan untuk besok, seakan tak percaya dengan kabar duka itu.
Salah satu dari mereka bergegas mencari Pak Mulyo untuk mengabari apa yang
terjadi dengan putri dan calon menantunya.
Tak
sanggup mendengar keadaan yang terjadi pada keluarganya, badan Pak Mulyo
terjatuh ke tanah dan pingsan. Ternyata, rasa sakit penyakit jantungnya
menghampiri lagi. Kembali bunyi sirine terdengar lagi. Namun berasal dari mobil
ambulance yang akan membawa Pak Mulyo ke Rumah Sakit.
Inalillahi
wainailaihirojiun. Pak Mulyo menyusul Farhan ke rahmatullah hanya berselang
beberapa puluh menit dari kepergian sang calon menantu.
Hembusan
angin ini seperti badai. Menyejukkan langsung menusuk dan mengobrak-abrik
relung hati Sarah. Air mata telah membeku. Begitu sulit untuk mengalir. Untuk
membalas keperihan hati. Jerit tangis nya terbungkam, tak mampu menceritakan
keirisan hatinya.
Beberapa
hari setelah musibah yang menimpa Sarah, kondisinya semakin memburuk.
Sepertinya bukan karena penyakit, tapi karena tekanan yang begitu kuat pada
batinya. Dokter di Rumah Sakit tempat Sarah di rawat sedikit kebingungan
terhadap kondisinya. Karena itu, di datangkan secara khusus Dokter Spesialis
Psikologi.
Bukan
karena keahlian sang Ibu Dokter Psikologi dengan cepat mengenali Sarah dan
membaur dengannya. Tapi karena sarah adalah dosen yang telah membantu anak bu
dokter dalam menyelesaikan persiapan sidangnya. Yaitu Ridho Fisabilillah. Entah
kenapa semangat Sarah dapat di hirup kembali setelah percakapan antara dirinya
dengan bu dokter. Ridho pernah bercerita dengan ibunya, bahwa ia begitu
mengagumi sosok Sarah. Ujungnya, kata cinta terucap dibibir Ridho saat mata
tertuju padanya.
Setelah
beberapa hari dilalui. Kesehatan Sarah pun perlahan pulih kembali. Sarah dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
Lamunan
Sarah di teras rumah begitu membuyar ketika sebuah mobil mewah berwarna hitam
menghampiri rumahnya. Ternyata sang Bu Dokter kemarin, Bu Ani. Bukan karena
kebetulan lewat, tapi karena niat yang tersirat untuk berkunjung ke rumah gadis
dewasa cantik yang sangat memikat. To
the point, Bu Ani menyampaikan bahwa anaknya, Ridho ingin meminangnya
menjadi bidadari hatinya. Kali ini, hati yang begitu kering nan gersang terasa
tiba-tiba begitu sejuk seraya butiran salju itu menghampiri dirinya. Ridho
menerima Sarah apa adanya. Tak memandang perbedaan 10 tahun usia mereka. Lelaki
yang merupakan salah satu mahasiswa bimbingannya dan juga kriterianya, bagaikan
malaikat tampan yang memberinya air di saat dirinya dehidrasi.
Tak
ingin mendengar kabar yang dapat menghentak hati lagi, Sarah meminta agar Ridho
mau meminangnya & menggelar akad pernikahan malam ini juga. Ridho dan
keluargapun menyanggupinya. Hanya pujian kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang
dapat Sarah lontarkan. Cahaya senyuman bahagiannya begitu merona, membuat
bidadari cemburu dibuatnya. Alhamdulillah...
Selalu
ada hikmah di balik musibah.
Sebaik-baik
rencana manusia, rencana Allah lah yang tak akan habis mengukir senyum bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar