Bunyi dengung kaleng kosong yang ditendang loe
terasa mengegerkan se-isi kota zombie, hari ini, adalah hari ketiga mereka (gue
dan elo) harus bertahan hidup dikota maut ini sampai dewa penyelamat datang
menghampiri mereka walau sampai detik detik nafas terakhir,
Gue , siang itu merasa sangat kelaparan, karena
hari-hari di kota zombie membuat ia lupa bahwa perut nya lapar, dasar gue,,
pelupa berat, makan aja lupa hahha
“loee,,,, aku lapeer,,,” rintih gue terseok-seok
mencoba menghampiri loe yang sedang asik memainkan kaleng usang itu,
“aku taoo,,, tapi gmana lagi dong, supermarket
disini mah jaoooh, yang ada cuman warteg, ntuh aja udah di booking ama
zombie-zombie warung,” loe mendengus nafas yang terasa bau .
Gue meringgis,, menekan perut nya yang isinya
cacing semua,
“sabar ya ncing,,, aku pasti ngasih kamu jatah
siang ini”. Rayu gue memandangi perut buncitnya yang hampir menyandang predikat
busung lapar ntu,
Dari jauh, sinar matahari siang itu begitu
terik, membuat kepala serta rambut mereka kering kerontang, gue dan loe
memutuskan untuk bersembunyi di sebuah rumah tua di tepi sungai, ini adalah
tempat teraman mereka selama di kota zombie, mereka ga tau pasti, kenapa mereka
bisa berada di kota berpenghuni zombie ini, yang pasti loe merasakan ada yang
tidak beres diantara mereka kemarin, sewaktu mereka berkenalan di bus kota
menuju kampong jeruk milik kaum mama, lalu dengan santai loe meminum jus
“antahberantah”lalu berbagi bersama gue,dan tiba-tiba mereka seakan berputar
hebat dan berhasil memuntahkan 2.999 tetes air setelah sadar bahwa mereka
berada dikota mematikan ini. Waw bukan?
Haha,
Bersambung….
@LPMPolibatam
Penulis : Sri Azizah
Tulisan kamu bagus, terima kasih ya telah menulis di www.lpm-paradigma.org, Tetap Semangat Menulis..
BalasHapus